Home » » KISAH NYATA: Jilbab Gadis Buta,Tuli dan Bisu

KISAH NYATA: Jilbab Gadis Buta,Tuli dan Bisu

Written By Unknown on Selasa, 18 Juni 2013 | 17.25

“Ini cerita tentang adikku, Nur Annisa, gadis yang baru beranjak dewasa, namun rada bengal dan tomboy. Pada saat umur adikku menginjak 17 tahun, perkembangan dari tingkah lakunya rada mengkhawatirkan ibuku. Banyak teman cowoknya yang datang ke rumah dan itu tidak mengenakkan ibuku sebagai seorang guru ngaji.
Untuk mengantisipasi hal itu, ibuku menyuruh adikku memakai jilbab, namun selalu ditolaknya hingga timbul pertengkaran-pertengkaran kecil diantara mereka. Pernah satu kali adikku berkata dengan suara yang rada keras, “Mama coba lihat deh, tetangga sebelah anaknya pakai jilbab, namun kelakuannya ngga beda-beda ama kita-kita. Malah teman-teman Ani yang di sekolah pake jilbab, dibawa om-om, sering jalan-jalan. Masih mending Ani. Walaupun begini-gini, Ani nggak pernah ma kaya gituan”. Bila sudah seperti itu, ibuku hanya mengelus dada. Kadangkala di akhir malam, kulihat ibuku menangis, lirih terdengar doanya, “Yâ Allâh, kenalkan Ani dengan hukum Engkau ya Allâh“.
Pada satu hari di dekat rumahku, ada tetangga baru yang baru pindah. Satu keluarga dimana mempunyai enam anak yang masih kecil-kecil. Suaminya bernama Abû Khoiri (bukan Effendy Khoiri lhoo) (entah nama aslinya siapa), aku kenal dengannya waktu di masjid.
Setelah beberapa lama mereka pindah, timbul desas-desus mengenai istri dari Abû Khoiri yang tidak pernah keluar ruA, bisu dan tuli. Hal ini terdengar pula oleh adikku, dan dia bertanya sama aku, “Kak, memang yang baru pindah itu istrinya buta, bisu dan tuli?” Hus… aku jawab sambil lalu, “Kalau kamu mau tau, datangin aja langsung ke rumahnya”.
Eehhh tuuh, anak benar-benar datang ke rumah tetangga baru. Sekembalinya dari rumah tetanggaku, kulihat perubahan yang drastis pada wajahnya. Wajahnya yang biasa cerah nggak pernah muram atau lesu menjadi pucat pasi… Entah apa yang terjadi?
Namun, tidak kusangka selang dua hari kemudian, dia meminta pada ibuku untuk dibuatkan jilbab… yang panjang lagi… rok panjang, lengan panjang… Aku sendiri jadi bingung… Aku tambah bingung campur syukur kepada Allâh subhânahu wa ta’â karena kulihat perubahan yang ajaib… Yah, kubilang ajaib karena dia berubah total… Tidak banyak lagi anak cowok yang datang ke rumah atau teman-teman wanitanya untuk sekedar bicara yang nggak karuan… Kulihat dia banyak merenung, banyak baca-baca majalah Islam, yang biasanya dia suka beli majalah anak muda kaya gadis atau femina, ganti jadi majalah-majalah Islam, dan kulihat ibadahnya pun melebihi aku… Tak ketinggalan tahajjudnya, baca qur`annya, sholat sunnahnya… Dan yang lebih menakjubkan lagi… bila temanku datang, dia menundukkan pandangan… Segala puji bagi Engkau Yâ Allâh subhânahu wa ta’âlâ, jerit hatiku…
Tidak berapa lama, aku dapat panggilan kerja di Kalimantan, kerja di satu perusahaan asing (PMA). Dua bulan aku bekerja di sana, aku dapat kabar bahwa adikku sakit keras hingga ibuku memanggilku untuk pulang ke rumah (rumahku di Madiun). Di pesawat tak henti-hentinya aku berdo`a kepada Allâh subhânahu wa ta’âlâ agar adikku diberi kesembuhan, namun aku hanya berusaha. Ketika aku tiba di rumah, di depan pintu sudah banyak orang. Tak dapat kutahan, aku lari masuk ke dalam rumah, kulihat ibuku menangis. Aku langsung menghampiri dan memeluk ibuku. Sambil tersendat-sendat, ibuku bilang sama aku, “Dhi, adikmu bisa ucapkan dua kalimat syahadah di akhir hidupnya”… Tak dapat kutahan air mata ini…
Setelah selesai acara penguburan dan lainnya, iseng aku masuk kamar adikku dan kulihat diary di atas mejanya, diary yang selalu dia tulis, diary tempat dia menghabiskan waktunya sebelum tidur kala kulihat sewaktu 
almarhumah adikku masih hidup. Kemudian kubuka selembar demi selembar… hingga tertuju pada satu halaman yang menguak misteri dan pertanyaan yang selalu timbul di hatiku… perubahan yang terjadi ketika adikku baru pulang dari rumah Abû Khoiri… Di situ kulihat tanya jawab antara adikku dan istri dari tetanggaku. Isinya seperti ini :
Tanya jawab (kulihat di lembaran itu banyak bekas tetesan air mata) :
Annisa : Aku bergumam (wajah wanita ini cerah dan bersinar layaknya bidadari), ‘Ibu, wajah ibu sangat muda dan cantik’.
Istri tetanggaku : ‘Alhamdulillâh, sesungguhnya kecantikan itu datang dari lubuk hati.’
Annisa : ‘Tapi ibu kan udah punya anak enam, tapi masih kelihatan cantik.’
Istri tetanggaku : ‘Subhânallâh, sesungguhnya keindahan itu milik Allâh subhânahu wa ta’âlâ, dan bila Allâh subhânahu wa ta’âlâ berkehendak, siapakah yang bisa menolaknya.’
Annisa : ‘Ibu, selama ini aku selalu disuruh memakai jilbab oleh ibuku, namun aku selalu menolak karena aku pikir nggak masalah aku nggak pakai jilbab asal aku tidak macam-macam dan kulihat banyak wanita memakai jilbab namun kelakuannya melebihi kami yang tidak memakai jilbab, hingga aku nggak pernah mau untuk pakai jilbab. Menurut ibu bagaimana?’
Istri tetanggaku : ‘Duhai Annisa, sesungguhnya Allâh subhânahu wa ta’âlâ menjadikan seluruh tubuh wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat oleh bukan 
muhrim(mahram) kita semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allâh subhânahu wa ta’âlâ di akhirat nanti. Jilbab adalah hijab (penutup) untuk wanita.’
Annisa : ‘Tapi yang kulihat banyak wanita yang memakai jilbab yang kelakuannya nggak enak, nggak karuan.’
Istri Tetanggaku : ‘Jilbab hanyalah kain. Namun hakekat atau arti dari jilbab itu sendiri yang harus kita pahami.’
Annisa : ‘Apa itu hakekat jilbab?’
Istri Tetanggaku : ‘Hakekat jilbab adalah hijab lahir batin. Hijab mata kamu dari memandang lelaki yang bukan mahram kamu. Hijab lidah kamu dari berghibah (ghosib) dan kesia-siaan, usahakan selalu berdzikir kepada Allâh subhânahu wa ta’âlâ. Hijab telinga kamu dari mendengar perkara yang mengundang mudharat, baik untuk dirimu maupun masyarakat. Hijab hidung kamu dari mencium-cium segala yang berbau busuk. Hijab tangan-tangan kamu dari berbuat yang tidak senonoh. Hijab kaki kamu dari melangkah menuju maksiat. Hijab pikiran kamu dari berpikir yang mengundang syetan untuk memperdayai nafsu kamu. Hijab hati kamu dari sesuatu selain Allâh subhânahu wa ta’âlâ. Bila kamu sudah bisa, maka jilbab yang kamu pakai akan menyinari hati kamu. Itulah hakekat jilbab.’
Annisa : ‘Ibu, aku jadi jelas sekarang dari arti jilbab. Mudah-mudahan aku bisa pakai jilbab. Namun, bagaimana aku bisa melaksanakan semuanya?’
Istri tetanggaku : ‘Duhai Annisa, bila kamu memakai jilbab, itulah karunia dan rahmat yang datang dari Allâh subhânahu wa ta’âlâ yang Maha Pemberi Rahmat, yang Maha Penyayang. Bila kamu mensyukuri rahmat itu, kamu akan diberi kekuatan untuk melaksanakan amalan-amalan jilbab hingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allâh subhânahu wa ta’âlâ.
Duhai Annisa, ingatlah akan satu hari dimana seluruh manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Ketika ditiup terompet yang kedua kali, pada saat roh-roh manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya dari logam yang panas, tidak ada rumput maupun tumbuhan.
Ketika 
tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gulita. Ketika seluruh Nabi ketakutan. Ketika ibu tidak memperdulikan anaknya, anak tidak memperdulikan ibunya, sanak saudara tidak kenal satu sama lain lagi, kadang satu sama lain bisa menjadi musuh, satu kebaikan lebih berharga dari segala sesuatu yang ada di alam ini.
Ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing-masing hanya memperdulikan nasib dirinya, dan pada saat itu ada yang berkeringat karena rasa takut yang luar biasa hingga menenggelamkan dirinya, dan rupa-rupa bentuk manusia bermacam-macam tergantung dari amalannya, ada yang melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitkan, ada yang berbentuk seperti hewan, ada yang berbentuk seperti syetan. Semuanya menangis, menangis karena hari itu Allâh subhânahu wa ta’âlâ murka, belum pernah Allâh subhânahu wa ta’âlâ murka sebelum dan sesudah hari itu, hingga ribuan tahun manusia didiamkan Allâh subhânahu wa ta’âlâ di padang mahsyar yang panas membara hingga timbangan mizan digelar. Itulah hari Yaumul Hisab.
Duhai Annisa, bila kita tidak berusaha untuk beramal di hari ini, entah dengan apa nanti kita menjawab bila kita di sidang oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat, Yang Maha Agung, Allâh subhânahu wa ta’âlâ. Di Yaumul Hisab nanti! Di Hari Perhitungan nanti!!’
Sampai di sini aku baca diarynya karena kulihat, berhenti dan banyak tetesan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Subhânallâh. Kubalik lembar berikutnya dan kulihat tulisan. Kemudian, kulihat tulisan kecil di bawahnya: ‘buta, tuli dan bisu, wanita yang tidak pernah melihat lelaki selain muhrimnya (mahram), wanita yang tidak pernah mau mendengar perkara yang dapat mengundang murka Allâh subhânahu wa ta’âlâ, wanita yang tidak pernah berbicara ghibah, ghosib dan segala sesuatu yang mengundang dosa dan sia-sia’. Tak tahan air mata ini pun jatuh membasahi diary.
Share this article :

Popular Posts

 
Support : Agen 338a | Agen Bola | Agen Poker
Copyright © 2013. Berita Update Terkini 2013 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger